Triaspolitica.net : Gempa besar berkekuatan 7,8 skala Richter melanda Turki dan Suriah pada Senin pagi, (6/2/2023) telah menewaskan sedikitnya 3.000an orang dan melukai ribuan lainnya. Gempa ini adalah gempa bumi terburuk di Turki sejak 1999 dan salah satu yang terkuat yang tercatat di kawasan itu dalam satu abad. Korban diperkirakan akan bertambah karena tim penyelamat terus menggali puing-puing untuk mencari korban selamat.
Getaran awal terjadi di dekat kota Gaziantep di selatan-tengah Turki pada pukul 04:17 waktu setempat. Kota Gaziantep berjarak 90 KM dari perbatasan Turki-Suriah. Ribuan bangunan di wilayah tersebut ambruk ke tanah.
“Itu seperti kiamat. Dingin sekali dan hujan deras, dan orang-orang perlu diselamatkan,” ungkap Abdul Salam al-Mahmoud, seorang warga Suriah di kota utara Atareb, mengatakan kepada jurnalis Reuters ‘Mert Ozkan dan Kinda Makieh.
Gempa susulan juga terjadi sebanyak 185 kali, termasuk gempa susulan berkekuatan 7,5 SR yang terjadi sembilan jam kemudian. Turki sendiri berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia. Pada tahun 2020, negara ini mencatat 33.000 gempa, 332 di antaranya berkekuatan 4,0 dan lebih tinggi.
“Area ini adalah tempat tiga lempeng tektonik bertemu. Belum ada banyak aktivitas seismik di masa lalu, namun ini adalah area di mana banyak tekanan lempeng menumpuk dari waktu ke waktu,” kata Alex Hatem, seorang ahli geologi dari USGS di Golden, Colorado kepada Eric Niiler dari Wall Street Journal.
Dua garis patahan utama melintasi Turki, yang terletak di atas Lempeng Anatolia. Gempa hari Senin terjadi di sepanjang Patahan Anatolia Timur, yang terletak di perbatasan lempeng Anatolia dan Arab dari timur Turki ke Mediterania. Ini dikenal sebagai tekanan strike-slip, yang berarti dua lempeng meluncur melewati satu sama lain secara horizontal.
“Karena saya tinggal di zona gempa, saya terbiasa dengan guncangan. Namun itu adalah pertama kalinya kami mengalami hal seperti itu. Kami mengira itu sudah kiamat,” ungkap Melisa Salman, seorang reporter yang berbasis di Kahramanmaraş, Turki kepada AFP.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan masa berkabung nasional selama tujuh hari setelah bencana tersebut. Negara-negara Arab dan puluhan negara lainnya termasuk Amerika Serikat, telah mengirimkan bantuan internasional untuk membantu dan merawat pada penyintas korban gempa. (DH/MTD)