Triaspolitica.net : Silicon Valley Bank (SVB) telah dinyatakan bangkrut. Hal ini menjadi kegagalan terbesar dalam dunia perbankan di Amerika Serikat (AS) yang kembali terjadi setelah sekian lama, atau setelah bangkrutnya Bank Washington Mutul pada tahun 2008.
Bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) karena masalah klasik yaitu Bank Run, atau penarikan dana besar-besaran oleh nasabah secara bersamaan sehingga SVB tidak mampu memenuhi likuiditasnya. Namun penyebab bangkrutnya SVB merupakan persoalan yang rumit dan panjang.
Hal itu bermula saat Federal Reserve (The Fed) mulai menaikkan suku bunga setahun lalu untuk menjinakkan inflasi. The Fed bergerak agresif, menyebabkan naiknya biaya pinjaman, hingga melemahkan momentum saham teknologi yang selama ini menguntungkan SVB.
Tapi SVB bukan satu-satunya perusahaan yang mengalami hal seperti itu. Menurut laporan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), pada akhir 2022 perbankan di AS mengalami kerugian rata-rata sebesar U$ 620 miliar atau sekitar Rp 9,517 triliun (Kurs Rp 15.300).
SVB didirikan tahun 1983. Bank ini dicetus oleh pengusaha Silicon Valley itu sendiri bernama Bob Medearis dan Bill Biggerstaff. CEO pertama SVB adalah Roger Smith yang membuka kantor pertamanya di North First Street di San Jose, California, AS. SVB termasuk di antara 20 bank komersial AS kelas kakap. FDIC mencatat total asetnya mencapai US$ 209 miliar atau sekitar Rp 3,221 triliun pada akhir tahun lalu.
SVB menyasar pembiayaan untuk perusahaan perintis atau startup. Bank ini menyediakan jasa pembiayaan untuk hampir setengah dari perusahaan teknologi dan perusahaan kesehatan di seluruh dunia.
Selain itu, bank juga menawarkan layanan investasi dan manajemen aset. Bank menerima simpanan dan memberikan pinjaman, serta menyediakan manajemen treasury, perbankan internasional, penasihat kekayaan, perbankan online, valuta asing, pembiayaan perdagangan, dan layanan lainnya. Silicon Valley melayani pelanggan di seluruh dunia.
Silicon Valley Bank (SVB) telah melakukan ekspansi perusahaan di AS dengan membuka 15 kantor baru sejak tahun 1996. Hingga kini, SVB sudah mempunyai 29 kantor internasional yang tersebar di Amerika Serikat, India, Inggris, Israel, Kanada, Cina, Jerman, Hong Kong, Irlandia, Denmark, dan Swedia.
Pada awal berdirinya bank tersebut, aset perusahaan hanya sebesar US$18 juta atau setara dengan Rp 276 miliar di bawah kepemimpinan Smith (1983-1992), perusahaan melayani pasar yang diabaikan, di mana saat itu jasa keuangan diharuskan menunjukkan aset dan laba demi dianggap layak mengajukan kredit.
Pada tahun 2011, Greg Becker mengambil alih perusahaan. Di bawah kepemimpinannya, SVB mempunyai 4 sektor bisnis utama yakni sektor inovasi, yakni perbankan komersial global, modal ventura dan investasi kredit, perbankan swasta dan manajemen kekayaan, dan perbankan investasi.
Pada kuartal akhir tahun 2022, SVB melaporkan aset sebesar US$ 212 miliar setara Rp 3.257 triliun. Dimana jumlah deposito di SVB mencapai sekitar US$175,4 miliar atau setara Rp 2.712 triliun.
SVB juga melaporkan bentuk pinjaman sebesar US$ 74 miliar atau setara Rp 1.137 triliun dan jumlah uang para nasabahnya mencapai US$342 miliar atau Rp 5.255 triliun. Kini, pemerintah AS memutuskan melakukan bail out SVB. Dengan begitu, semua uang nasabah sekitar Rp 2.712 triliun yang nyangkut akan dikembalikan dalam waktu dekat.
Redaktur : M. Isa Karim D | Indonesian Political News Agency (IPNA)