"Kemarin saya usulkan kalau sudah di bawah imkanur rukyat yang dipatok pemerintah atas dasar Mabims Menag Asia Tenggara 3 derajat, ini di bawah 3 derajat, tidak usah pakai rukyat isbat itu anggarannya mahal," ungkap Din.
Oleh karena itu, eks Ketua MPR ini pun menyarankan agar berpatokan pada kalender Islam secara universal agar tidak menghabiskan anggaran untuk kegiatan rukyat hilal. "Tapi kalau dipatok bersifat nasional, regional seperti Mabims ini akan menimbulkan masalah. Apalagi dipatok ada berdasarkan kriteria minimal. Kalau di bawah itu akan berbeda," jelasnya.
Din pun menyarankan apabila hilal belum mencapai ketinggian 3 derajat, maka dapat menempuh dengan pendekatan istikmal atau pendekatan Ramadhan selama 30 hari. Tetapi dia menyayangkan mengapa pemerintah tidak mengumumkan saja bahwa perayaan Hari Raya Idulfitri jatuh pada dua hari.
"Umumkan saja untuk tahun ini Idulfitri jatuh pada dua hari. Ada yang pada hari Jumat 21 April 2023 dan ada yang berpendapat pada Sabtu 22 April 2023. Indah sekali," jelasnya.
Kendati demikian, dia berharap perbedaan ini tidak membawa pada perpecahan. Jangan ada pihak yang mau diadu domba oleh golongan tak bertanggung jawab.
Indonesian Islamic News Agency (IINA)