Dalam keadaan yang tidak menentu itu, tiba-tiba Baswedan terngat kepada H.Agus Salim yang dengan gaya seorang jendral berbicara:"Baswedan bagi saya tidak penting apakah saudara sampai di tanah air atau tidak Yang penting dokumen-dokumen itu sampai di Indonesia dengan selamat".
Sebelum meninggalkan Kairo, Baswedan lebih dulu menemui pejuang kemerdekaan Maroko yang sedang berada di Mesir, Amir Abdul Karim untuk berpamitan. Ketika Baswedan berpamitan, Amir Abdul Karim memberi secarik kertas sambil berkata: Anakku semoga Allah melindungimu dalam perjalanan pulang ke tanah air dan semoga perjuanganmu berhasil. Insya Allah Tuhan yang Maha Kuasa akan menolongmu"
Teringat hal itu Baswedan segera meraba kantong bajunya untuk mengambil kertas dan tasbih hadiah dari pahlawan Maroko Amir Abdul Karim. Baswedan segera berdiri dan menenteng tas yang kuncinya tidak pernah bisa di buka dan membaca tulisan dalam kertas yang ternyata rangkaian doa.
Sambil memegang tasbih dan dengan takdir Allah, Baswedan bisa keluar dari pesawat tanpa diperiksa, seolah- olah tentara Belanda itu tidak melihat Baswedan. Turun dari pesawat Baswedan langsung memasuki gedung Bandara. Lagi-lagi tidak ada satupun tentara Belanda yang menyapa apa lagi memeriksa Baswedan, sampai dia keluar dari gedung.
Di luar gedung Baswedan segera memanggil taxi, sesudah duduk di dalam taxi barulah Baswedan merasa tenang, dari Bandara Baswedan menuju rumah perdana Mentri Amir Syarifudin.
Setelah mandi dan berganti baju, Baswedan dan Amir Syaripudin berangkat menuju Bandara Kemayoran yang masih dijaga ketat oleh tentara Belanda. Dengan khusyu Baswedan berdoa pada Allah memohon agar dia dan Amir Syaripudin dapat lolos dari pemeriksaan.
Pada saat itulah Baswedan kembali teringat pada tasbih dan doa-doa yang diajarkan oleh Amir Abdul Karim. Jari-jari tangan kanan menggenggam tasbih dan tangan kiri memegang catatan doa dari Amir Abdul Karim.
Alhamdulillah tas koper Baswedan dan Amir Syarifudin lolos dari pemeriksan. Petugas dan tentara Belanda seolah-olah tidak melihat Baswedan dan Amir Syaripudin, sehingga kedua tokoh Indonesia itu dengan tenang memasuki pesawat dan tiba di Bandara Maguwo Yogyakarta dan langsung menuju Gedung Agung tempat kediaman Presiden Sukarno.
Dengan upacara singkat dan sederhana kedua dokumen pengakuan kemerdekaan dari Mesir dan Palestina yang di bawanya di serahkan kepada presiden. Bung Karno menerima kedua dokumen dalam keadaan heran, karena dokumen itu tetap utuh dalam sampul yang dilem, hal itu hanya mungkin terjadi jika Baswedan tidak di periksa padahal Bandara Kemayoran di jaga ketat oleh tentara Belanda.
"Bagaimana bisa begitu Baswedan?" tanya Bung Karno.
Baswedan menjawab singkat, "Untung Pak Presiden". Siang itu juga Baswedan segera berangkat ke Solo untuk bertemu dengan keluarganya. Kepulanganh Baswedan Ternyata di sambut oleh bayi mungil yang lahir beberapa hari sebelumnya, bayi itu diberi nama Liqiana.
Oleh : Lukman Hakiem (Peminat Sejarah, mantan anggota DPR RI dan staf M Natsir)