Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Zona Megathrust Mentawai Bisa Picu Gempa yang Lebih Besar? Ini Penjelasan BMKG


TriasPolitica.net :
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan gempa M7,3 yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) pada Selasa dini hari, 25 April 2023 dipicu akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia dan termasuk kategori megathrust event.

Kepala Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan ada kecendrungan gempa bumi yang terjadi di satu segmen menimbulkan gangguan segmen lainnya.

“Kita melihat segmen megathrust Mentawai Siberut ini bersebelahan dengan segmen Batu (Nias) kemudian baru di utaranya itu segmen Nias, Simeulue. Sebenarnya ketika terjadi gempa besar itu ada perubahan stres positifnya, sehingga itu menimbulkan gangguan yang ada di sebelahnya,” ungkap Daryono saat jumpa pers secara daring, Selasa (25/4/2023).

Namun perlu dicatat, ada beberapa faktor yang menjadi potensi penggerak gempa. Misalnya apakah segmen lainnya itu dalam kondisi matang atau sudah maksimum dengan posisi labil atau belum. Apabila iya, maka potensi gempa bumi di segmen lainnya bisa saja terjadi.

“Tetapi harus kita pastikan bahwa segmen yang berada di dekatnya itu sedang matang, dan sudah maksimum, dan posisinya sudah labil, sehingga ketika mendapatkan emulsion maka dia akan mengalami rilis energi,” sebutnya.

Menurut catatan BMKG, ada beberapa gempa bumi yang berdampak terjadinya gempa di segmen lainnya. Misalnya gempa yang terjadi di Luwu, Sulawesi Selatan tahun 2018 memicu gempa di segmen kanan dan kirinya. Namun hal ini justru tidak terjadi pada gempa bumi di Pulau Simeuleu, Aceh pada tahun 2004 dengan kekuatan M8,5 yang tidak memicu gempa bumi di segmen lainnya.

Daryono menegaskan ini adalah tantangan bagi para ahli untuk menganalisis sifat alam yang sangat misterius. Sehingga tetap harus ada mitigasi bencana untuk menekan banyaknya masyarakat yang menjadi korban jiwa akibat dampak gempa bumi.

“Sehingga yang paling penting harus dipahami bahwa zona megathrust dan Sumatera adalah sebuah segmen yang aktif dan memiliki potensi terjadi gempa besar. Sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka kita harus membangun sistem mitigasi, menyiapkan apa saja terkait dengan infrastruktur struktural maupun non struktural terkait dengan kapasitas masyarakat dan kita tidak perlu menilai ini akan rilis atau tidak, tetapi yang pasti seluruh zona megathrust memiliki potensi gempa yang sedemikian dan itu yang perlu diantisipasi,” tutup Daryono.

Zona Megathrust adalah daerah pertemuan antar lempeng tektonik Bumi di lokasi zona subduksi. Lempeng tektonik Bumi bisa mencapai ribuan kilometer dan menjadi dasar benua dan samudra. Pelat-pelat ini bertabrakan, meluncur, dan bergerak menjauh satu sama lain.

Terkadang lempeng tersebut bertabrakan satu sama lain atau satu lempeng didorong ke bawah lempeng yang lain di zona subduksi. Dengan kata lain, zona subduksi adalah zona pertemuan lempeng-lempeng tersebut.

Jika sejumlah lempeng tektonik bertemu, maka gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan tanah longsor yang kuat dapat terjadi.

Berdasarkan data BMKG, setidaknya ada 13 megathrust di Indonesia yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Mereka adalah zona megathrust Aceh-Andaman, Nias-Simelue, Batu, Mentawai Siberut, dan Mentawai-Pagai.

Lalu megathrust Enggano, Selat Sunda, Jawa Barat-Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumba, Sulawesi Utara, Filipina, dan Papua. ***

Indonesian Political News Agency (IINA)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Mari bergabung bersama WA Grup dan Channel Telegram TriasPolitica.net, Klik : WA Grup & Telegram Channel

Ads Bottom

Copyright © 2023 - TriasPolitica.net | All Right Reserved