TriasPolitica.net : Nama Jusuf Hamka tiba-tiba menjadi sorotan setelah menagih utang kepada pemerintah. Jusuf Hamka menagih utang pemerintah sebesar Rp800 miliar kepada perusahaannya PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) berawal dari deposito sebesar Rp78 miliar di Bank Yakin Makmur (Yama) yang dilikuidasi pemerintah ketika krisis moneter 1998.
Jusuf Hamka mengaku belum mendapatkan kembali uang depositonya usai pemerintah berdalih bahwa CMNP terafiliasi pemilik Bank Yama, yaitu Siti Hardijanti Rukmana atau Tutut Soeharto. Ia mengaku sudah bersurat dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu medio 2019-2020.
Namun, komunikasi mereka tersendat dan pihak DJKN menyatakan sedang melakukan verifikasi di Kemenkopolhukam. Sudah melakukan verifikasi selama tiga tahun tanpa hasil, ia akhirnya kembali bersuara menagih utang pemerintah.
Lalu bagaimana hubungannya dengan nama besar Buya Hamka?
Jusuf Hamka atau akrab dipanggil Babah Alun lahir di Samarinda pada 5 Desember 1957. Pemilik nama asli Joseph Alun ini menjadi pengusaha sukses di bidang pembangunan jalan tol. Nama belakangnya ia peroleh karena diangkat menjadi anak oleh ulama besar Indonesia, yaitu Buya Hamka dan memutuskan masuk Islam (mualaf). Selama perjalanannya memeluk agama Islam, ia dituntun dengan baik oleh Buya Hamka.
Dilansir dari Tempo.co, orang tua dari Jusuf Hamka berasal dari kalangan berpendidikan tinggi. Ayahnya, Joseph Suhaimi adalah dosen, sedangkan ibunya, Suwanti Suhaimi bekerja sebagai guru. Kedua orang tuanya memiliki pemikiran moderat sehingga tidak melarang sang anak untuk memeluk agama Islam. Bahkan, mereka meminta Babah Alun untuk menjadi pemeluk agama Islam yang taat kepada Allah dan melaksanakan setiap perintah-Nya.
Pertemuan pertama Jusuf Hamka dengan Buya Hamka terjadi di Masjid Al-Azhar Indonesia. Awalnya, ia bertanya tentang tata cara seseorang masuk agama Islam. Dari pertanyaan tersebut, tentu saja, sang ulama, Buya Hamka kaget dan langsung meminta anak angkatnya itu segera membaca dua kalimat syahadat. Buya Hamka menyuruh Jusuf Hamka mengucapkan kalimat suci tersebut saat itu juga, tanpa menunda sampai keesokan harinya.
Berkat tuntunan dari Buya Hamka, Jusuf Hamka berhasil menerapkan ajaran Islam yang benar dalam setiap kegiatannya, termasuk dalam bisnis. Saat memimpin PT CMNP, ia memilih menerapkan gaya kepemimpinan kharismatik dan demokratis, dibandingkan otoriter. Ia pun selalu mengajak kerja sama para bawahannya. Selain itu, ia senang membangun masjid dan memiliki impian mendirikan 1.000 masjid di Indonesia. ***
Sumber : Tempo.co | Indonesian Islamic News Agency (IINA)