TriasPolitica.net : Jakarta - Lembaga survei Charta Politika Indonesia merilis temuan terkini terkait tingkat partisipasi pemilih masyarakat Jakarta pada Pilkada 2024. Berdasarkan data yang disampaikan, partisipasi pemilih tercatat hanya mencapai 58,14 persen. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan dengan Pilkada Jakarta 2017, di mana tingkat partisipasi mencapai 72 persen.
Peneliti Charta Politika Indonesia, Dadang Nurjaman, mengungkapkan beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab menurunnya antusiasme masyarakat untuk menggunakan hak pilih mereka. Salah satu faktornya adalah isu-isu terkait tindakan Golput (tidak mencoblos) yang sempat mencuat di tengah masyarakat.
"Bisa jadi karena isu-isu beberapa yang muncul, seperti mencoblos, tidak mencoblos, atau kemudian mencoblos semua. Daripada datang kemudian mencoblos semua, mungkin saja orang lebih memilih untuk tidak datang ke TPS," ujar Dadang dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2024).
Selain itu, Dadang juga menyebut kemungkinan bahwa penurunan partisipasi ini dipengaruhi oleh dinamika politik, khususnya terkait dukungan partai terhadap calon tertentu. Ia mencontohkan bahwa absennya dukungan partai kepada tokoh seperti Anies Baswedan dapat membuat sebagian pendukungnya memilih untuk tidak berpartisipasi.
"Mungkin saja dipengaruhi oleh faktor dukungan partai yang tidak mengarah kepada salah satu tokoh. Misalnya Anies, karena faktor itu, bisa saja pendukungnya menjadi Golput," tambahnya.
Turunnya partisipasi pemilih ini menjadi catatan penting bagi pemangku kepentingan, terutama dalam mendorong kesadaran politik masyarakat dan memastikan bahwa setiap individu menggunakan hak pilihnya secara maksimal. Pilkada Jakarta 2024, yang sebelumnya diharapkan menjadi momentum demokrasi yang semarak, kini justru menjadi perhatian terkait rendahnya antusiasme warga untuk berpartisipasi. (DLH/CGT)
