Jakarta : Raymond Thomas Dalio, seorang miliarder asal Amerika Serikat, telah resmi ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasihat Danantara, Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia yang baru dibentuk. Penunjukan ini diumumkan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam sebuah pertemuan dengan sejumlah konglomerat Indonesia di Istana Negara pada Jumat, 7 Maret 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Prabowo memperkenalkan Ray Dalio kepada para taipan Indonesia dan menekankan pentingnya nasihat kritis dari investor kelas dunia seperti Dalio untuk mengoptimalkan pengelolaan Danantara.
Prabowo menyebut Ray Dalio sebagai teman baik dan berharap hubungan tersebut dapat semakin erat, terutama dalam mendukung pembangunan ekonomi Indonesia.
"Kami sangat beruntung dengan Anda hadir di sini sebagai seorang sahabat, dan kami selalu ingin Anda untuk bisa berinteraksi dengan kami," ujar Prabowo.
Ray Dalio dikenal sebagai tokoh berpengaruh di dunia investasi, khususnya di bidang hedge fund atau dana lindung nilai. Ia memiliki pengalaman luas dalam bidang ekonomi, baik di Asia, Timur Tengah, maupun di tingkat global.
Perjalanan Karier Ray Dalio
Ray Dalio lahir pada 8 Agustus 1949 di New York, Amerika Serikat. Ia berasal dari keluarga sederhana; sang ayah, Marino Dallolio, merupakan musisi jazz, sedangkan ibunya, Ann Dallolio, adalah ibu rumah tangga.
Sejak kecil, Dalio telah terbiasa bekerja keras. Ia pernah menjalani berbagai pekerjaan serabutan, mulai dari memotong rumput hingga menyekop salju demi mendapatkan uang tambahan. Pada usia 12 tahun, ia bekerja sebagai caddy (pramugolf) di The Links Golf Club.
Pekerjaan tersebut membawanya bertemu dengan dua tokoh Wall Street, George Leib dan Donald Stott, yang kemudian memperkenalkan Dalio pada dunia investasi. Berbekal pengetahuan yang ia pelajari, Dalio mulai berinvestasi saham dengan modal US$300 yang ia kumpulkan selama menjadi caddy. Keputusan ini membuahkan hasil ketika harga saham Northeast Airlines yang dibelinya meningkat tiga kali lipat.
Dalio kemudian melanjutkan pendidikannya di bidang keuangan dan lulus pada 1971. Ia kemudian meraih gelar MBA dari Harvard Business School pada 1973.
Setelah sempat bekerja di beberapa perusahaan, ia memutuskan untuk mendirikan Bridgewater Associates pada 1975 di apartemennya yang sederhana di New York. Awalnya, perusahaan ini bergerak di perdagangan komoditas, tetapi kemudian beralih ke bisnis hedge fund.
Bridgewater mulai menarik perhatian investor setelah berhasil memperoleh keuntungan besar dari gejolak pasar saham pada 1987. Strategi utamanya adalah diversifikasi investasi dan manajemen risiko. Beberapa klien besar yang pernah menggunakan jasanya antara lain California Public Employees' Retirement System (CalPERS), Pennsylvania State Employees' Retirement System (Penn SERS), National Australia Bank Ltd, dan dana pensiun United Technologies Corp.
Pada 2017, Dalio resmi mundur sebagai CEO Bridgewater Associates dan menyerahkan kendali perusahaan kepada dewan direksi. Per 2023, total aset yang dikelola Bridgewater mencapai US$125 miliar.
Berdasarkan data Forbes per 7 Maret 2025, Ray Dalio memiliki kekayaan sekitar US$14 miliar atau setara Rp228 triliun (asumsi kurs Rp16.294 per dolar AS). Kekayaan ini menempatkannya sebagai orang terkaya ke-163 di dunia. (DL/GPT)