Jakarta – Direktur Lingkar Madani (LIMA), Ray Rangkuti, menyoroti peristiwa penjemputan asisten pribadi (aspri) Presiden Prabowo Subianto di Bengkulu yang dinilainya jauh lebih mengejutkan dibandingkan dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut Ray, pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh angka Rp17.000 per dolar AS sudah lama diprediksi oleh para analis dan ekonom. Oleh karena itu, isu tersebut bukanlah hal yang baru atau mengejutkan.
“Ya, bagi saya berita ini bukan sesuatu yang mengejutkan dan baru,” ujar Ray Rangkuti kepada awak media pada Selasa (8/4/2025).
Namun, peristiwa penjemputan aspri Presiden, Agung Surahman, ke Bengkulu dengan menggunakan pesawat kepresidenan dinilai Ray sebagai sesuatu yang di luar nalar dan tidak lazim. Ia menyatakan keheranannya mengingat seorang aspri dijemput langsung menggunakan fasilitas negara yang sangat prestisius.
“Ini bagi saya tentu mengejutkan. Kok bisa, aspri dijemput langsung oleh Presiden ke salah satu daerah dengan menggunakan pesawat kepresidenan,” ungkapnya.
Diketahui, Presiden Prabowo singgah di Bandara Fatmawati Soekarno, Bengkulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Malaysia untuk kunjungan kenegaraan. Dalam singgah tersebut, Prabowo menjemput langsung asprinya untuk kemudian bertolak bersama menuju Malaysia.
Ray menilai tindakan tersebut terdengar sangat mewah dan menunjukkan bahwa posisi asisten pribadi tersebut seolah memiliki urgensi yang tinggi hingga perlu dijemput secara langsung oleh Presiden.
“Terdengar mewah, ya, terdengar begitu pentingnya, sehingga harus dijemput,” ujarnya.
Ia juga mempertanyakan alasan yang disebutkan terkait ketiadaan tiket menuju Jakarta untuk kemudian terbang bersama Prabowo ke Malaysia. Menurutnya, jadwal kunjungan kenegaraan tentu telah direncanakan jauh-jauh hari dan seharusnya segala kebutuhan perjalanan sudah dipersiapkan.
“Kalau beliau tahu jadwal itu, kan, sudah jauh-jauh hari tiket dan sebagainya itu sudah dipersiapkan,” tambah Ray.
Lebih lanjut, Ray menegaskan bahwa aspri tersebut sebenarnya bisa saja langsung terbang ke Malaysia dari wilayah Sumatera lainnya yang memiliki rute penerbangan internasional, seperti dari Sumatera Barat atau Sumatera Utara, tanpa perlu dijemput secara khusus.
“Mungkin dari Sumatera Barat atau Sumatera Utara yang memungkinkan untuk mendapatkan penerbangan langsung ke Malaysia. Begitu, ya,” pungkasnya.
Peristiwa ini pun menimbulkan tanda tanya di tengah publik terkait penggunaan fasilitas negara dan urgensi penjemputan seorang aspri oleh kepala negara.